Al-Mukarram Kyai Abbas bin Kyai Abd Djamil dari
Buntet adalah Wali Allah berintelektual tinggi, pejuang hebat dan ahli
organisasi. Di bawah kepemimpinannya Pesantren Buntet di Cirebon mencapai masa
keemasan, walaupun saat itu situasi dalam keadaan kacau dan penuh ketegangan
sebagai akibat dari berkecamuknya Perang Dunia II. Kyai Abbas adalah salah satu
dari “Tujuh Kyai Besar” yang menjadi Muqaddam utama Tarekat Tijaniyyah yang
diangkat oleh Mursyid Tarekat Tijaniyyah Syekh Ali ibn Abdullah at-Thayyib
al-Madani dari Madinah. Ketujuh Muqaddam utama inilah yang bertanggung jawab
atas penyebaran Tarekat ini ke wilayah Jawa Barat. Tujuh Muqaddam itu adalah
Syekh Ali at-Thayyib Bogor (putra dari Syekh Ali ibn Abdullah at-Thayyib di
Madinah), Kyai As’ari Bunyamin Garut, Kyai BADRUZZAMAN GARUT, Kyai Utsman
Damiri Cimahi (Bandung), dan tiga bersaudara Kyai Buntet: Kyai Abbas Djamil,
Kyai Anas dan Kyai Akyas.
Kyai Abbas Djamil adalah putra
tertua dari pasangan Kyai Abdul Djamil dan Nyai Qari’ah. Beliau dilahirkan
sekitar tahun 1879. Kyai Abbas pertama kali belajar agama kepada ayahnya
sendiri, yang merupakan Kyai terkenal pada zamannya. Kyai Abbas juga berguru
kepada Kyai Anwaruddin Kriyani, lebih akrab dipanggil Ki Buyut Kriyan, yang
juga dikenal sebagai Mursyid Tarekat Syattariyyah dan juga pernah menjadi
penghulu agama di Kraton Kasepuhan Cirebon. Kemudian Kyai Abbas berguru ke Kyai
Nasuha di Pesantren Sukunsari, Plered, Kyai Hasan di Jatisari, Weu, dan Kyai
Ubaidah di Tegal. Kemudian beliau berangkat ke Mekah untuk berhaji dan menetap
untuk memperdalam ilmu agama. Salah satu gurunya adalah Kyai Mahfudz dari
Termas yang amat termasyhur itu. Pulang dari Mekah, Kyai Abbas kerap menemui
Hadratus Syekh HASYIM ASY’ARI di Tebuireng Jombang. Bersama Kyai Wahab
Hasbullah dan Kyai Manaf beliau ikut membidani lahirnya Pesantren Lirboyo di
Kediri.
Setelah Kyai Abdul Djamil meninggal,
Kyai Abbas memegang tampuk kepemimpinan pesantren. Salah satu terobosan utama
yang dilakukan Kyai Abbas adalah pengenalan sistem madrasah di pesantren
sembari tetap mempertahankan sistem pengajaran tradisional seperti sorogan,
bandungan, dan ngaji pasaran. Pada 1928 beliau mendirikan
Madrasah Abnaul Wathan Ibtidaiyah yang mengajarkan bidang studi umum dan
sekuler. Dalam hal ini Kyai Abbas mengambil pedoman dari perkataan Imam
Syafi’i: “Peliharalah nilai lama yang baik dan ambil nilai baru yang lebih
baik,” yang kemudian menjadi motto Pesantren Buntet. Beberapa santri Kyai Abbas
kelak menjadi tokoh terkenal di tingkat nasional seperti Tubagus Mansur Ma’mun,
seorang qari nasional terkenal pada zamanny; H. Amin Iskandar, yang pernah
menjadi dubes RI untuk Irak, Profesor Kyai Haji Ibrahim Hussein, pernah menjadi
rektor IAIN Palembang dan Perguruan Tinggi ilmu al-Qur’an Jakarta dan
sebagainya.
Hingga akhir hayatnya Kyai Abbas
Djamil Buntet sangat aktif dalam pergerakan sosial keagamaan dan politik. Kyai
Abbas meninggal pada tahun 1946 dan dimakamkan di kompleks makam santri Buntet.
Ajaran dan karamah
Sebagai Mursyid Tarekat, Kyai Abbas
menempati kedudukan unik karena beliau selain menjadi Mursyid Tarekat
Tijaniyyah beliau juga menjadi Mursyid Tarekat Syattariyyah. Ini agak aneh
sebab tradisi Tarekat Tijaniyyah melarang pengikutnya menjadi pengikut tarekat
lain. Beberapa kalangan menyatakan bahwa pengecualian ini disebabkan oleh
tingginya derajat keilmuan dan spiritualitas Kyai Abbas. Pada masanya inilah
Pesantren Buntet memegang peranan penting dalam menyebarluaskan Tarekat
Syattariyyah dan Tijaniyyah.
Ketinggian ilmunya dan keluasan
wawasannya, serta sikapnya yang progresif (di mana beliau tidak hanya
mengajarkan kitab kuning tetapi juga beberapa kitab “modern”) menyebabkan
namanya terkenal di seantero Jawa.
Selain tinggi kecerdasannya, Kyai Abbas juga terkenal sebagai kyai yang sakti
mandraguna. Banyak santri dan tamu yang berdatangan untuk belajar ilmu
kesaktian kepada beliau. Yang datang berguru pun bukan orang biasa saja, namun
sudah merupakan kelas pendekar yang ingin menambah ilmu. Konon Kyai Abbas
menerima beberapa tamu sakti langsung di kamar pribadinya untuk diajak duel.
Setelah diuji kemampuannya, barulah Kyai Abbas memberinya ijazah amalan kesaktian
sesuai kebutuhan. Ketika Pesantren Tebuireng meminta pengamanan dari Buntet,
Kyai Abbas sendiri yang langsung memimpin pasukan pengaman pendirian Pesantren
Tebuireng. Kyai Abbas datang bersama kakaknya, Kyai Soleh Zamzam dari Pesantren
Benda Kerep, Kyai Abdullah Pengurangan dan Kyai Syamsuri Wanatar untuk melawan
para penjahat yang didukung Belanda untuk mengganggu pendirian Pesantren.
Kyai Abbas juga merupakan tokoh
pejuang nasional. Di usianya yang sudah sepuh, 60 tahun, Kyai Abbas bahkan ikut
terjun langsung dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Pesantrennya juga
menjadi salah satu basis perjuangan. Sebagian tokoh Hizbullah berasal dari
Buntet, termasuk Kyai Abdullah Abbas (Ki Dullah), putra Kyai Abbas Djamil.
Setelah Hadratus Syekh Hasyim
Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad, Bung Tomo, yang belakangan dikenal sebagai
salah satu tokoh utama perang besar 10 November, berkonsultasi dengan Kyai
Hasyim Asy’ari dan mohon doa restu untuk melawan tentara Inggris. Bung Tomo
sudah tidak sabar dan mendesak Kyai Hasyim untuk segera menentukan hari
penyerangan. Namun Kyai Hasyim mengatakan, “Harap bersabar, kami masih menunggu
kedatangan kyai dari Cirebon.” Yang dimaksud adalah rombongan Kyai Abbas
Djamil.
Menurut saksi mata, saat itu Kyai
Abbas berangkat ke Surabaya bersama pasukan Hizbullah Resimen XII. Kyai Abbas
mengenakan sarung, bersorban dan membawa sandal japit dari kulit (terompah).
Beliau membawa kantong yang berisi bakiak (sandal dari kayu). Kyai Abbas sempat
mampir di Rembang untuk bermusyawarah dengan kyai-kyai lainnya, yang kemudian
memutuskan mengangkat Kyai Abbas sebagai komandan perang. Sesampainya di
Surabaya, rombongan kyai pejuang ini disambut teriakan takbar. Para kyai
kemudian shalat sunnah di sebuah masjid. Kyai Abbas kemudian memerintahkan para
pendampingnya untuk berdoa di tepi kolam masjid dan memerintahkan para pejuang
mengambil wudhu dan meminum air yang telah diberi doa. Banyak pejuang yang
kurang puas hanya berwudhu, dan mereka langsung terjun masuk ke kolam. Mereka
ini, yang bersenjatakan bambu runcing dan pentungan, kemudian langsung bergerak
menyongsong pasukan Inggris yang bersenjatakan lengkap.
Para Kyai berdiri di atas tempat
yang agak tinggi. Kyai Abbas segera mengenakan bakiak yang dibawanya dari
Cirebon, membaca doa sambil menengadahkan tangannya ke langit. Saat itulah
kekuatan karamah Kyai Abbas keluar. Ribuan alu (penumbuk padi) dan lesung
melesat dari rumah-rumah penduduk dan menerjang para serdadu musuh, memukul
mundur pasukan penjajah. Pihak sekutu kemudian mengirimkan pesawat pengebom
Hercules untuk meluluhlantakkan Surabaya. Namun pesawat itu, berkat kekuatan
karamah Kyai Abbas, banyak yang meledak di udara.
Hingga akhir hayatnya Kyai Abbas
selalu memantau dan menyiagakan laskar santrinya sebab beliau tahu Belanda amat
licik. Namun ditengah kegigihan para laskar, termasuk para kyai pemimpin
Hizbullah, diplomat Indonesia melakukan kesepakatan di Linggar Jati. Konon,
mendengar hasil Perjanjian Linggar Jati itu, Kyai Abbas merasa sedih dan
kecewa, merasa perjuangannya dikhianati. Beliau tak lama kemudian jatuh sakit
hingga wafat pada hari Minggu subuh 1 Rabiul Awal 1365 H atau 1946 Masehi.
Juneeeeeeeeeeeeettttt...
BalasHapusudah gue edit....sebagai tambahan beliau juga Musyid Thariqah Syathoriyah,qadiriyah Naqsyabandiyah juga syadziliyah....
engggiiihhh pakk . . . .
BalasHapusajiiiibb banget pak
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
BalasHapussedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau